Tata Suara Pada Film Fiksi “Bungan Natah”

Kekerasan biasanya sering dialami oleh seseorang atau mahluk hidup. Seperti kekerasan yang dialami oleh perempuan. Menurut data dari Lembar Fakta Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan tahun 2017 tentang kekerasan di ranah rumah tangga / relasi personal. Kekerasan dalam pacaran terjadi 2.171 kasus. Fenomena ini menjadi ide dasar pencipta dalam menciptakan sebuah karya film fiksi yang berjudul “Bungan Natah”. Kata “Bungan Natah” merupakan kiasan dalam bahasa Bali yang memiliki arti anak perempuan kesayangan. Posisi pencipta pada film ini sebagai penata suara yang berperan sebagai pengelola suara termasuk memberikan efek suara sehingga dapat memberikan kesan dan pesan pada film “Bungan Natah”. Metode yang digunakan untuk mendeskripsikan tata suara film “Bungan Natah” adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini memberikan pemahaman melalui penjelasan tertulis. Teori realis digunakan dalam penciptaan tata suara “Bungan Natah”. Tata suara dalam film “Bungan Natah” menggunakan dialog, musik, efek suara serta dimensi suara dalam penciptaannya. Tahapan dalam penciptaan tata suara film “Bungan Natah” dibagi menjadi tiga, yaitu pra produksi, produksi, paska produksi. Luaran penciptaan menunjukan bahwa kombinasi dialog, musik, dan efek suara dalam tata suara film dapat mempermudah dalam menyampaikan suatu pesan dan kesan kepada penonton. Diegetic dan nondiegetic sound mampu memberikan dimensi suara pada film karena suara tidak dibatasi oleh frame, seperti pada visual film yang pandangannya dibatasi oleh sebuah frame. Kata Kunci : Bungan Natah, Tata Suara, Film Fiks